Cerita hidupnya merentang dari mafia Hongkong sampai klub basket. Dan kini di usia yang baru 36 tahun, Robert Pera sudah menjadi miliarder yang sukses berkat kerja kerasnya sendiri.
Robert Pera, CEO Ubiquiti Network yang Terinspirasi Apple
Ia mengidolakan Steve Jobs. Ketika tulus sekolah dan bisa bekerja di Apple, Robert Pera merasa mimpinya menjadi nyata. Pera berharap pendidikannya mampu membantu menemukan kesempatan dalam desain hardware yang sangat diminatinya. Namun mimpi Pera ternyata tidak mendapatkan tempat di Apple.
Pera pun memilih hengkang dari Apple dua tahun kemudian. Semangat dan kesuksesan ditemukannya setelah membangun Ubiquiti. Namun ia tetap mencintai Apple. Filosofi Apple bahkan digunakan sebagai landasan membangun Ubiquiti.
“Saya ingin membangun produk. Saya mengidolakan Steve Jobs,” kata Pera, sebagaimana dilansir Bussiness Week.
Pera merupakan lulusan University of California. Dua gelar disabetnya sekaligus di kampus yang terletak di San Diego itu, yakni sarjana teknik elektro dan bahasa Jepang. Gelar master di bidang teknik didapatnya di kampus yang sama. Inspirasinya untuk bekerja di perusahaan yang bergerak di jaringan seluler datang ketika Pera mengunjungi Tokyo saat masih duduk di bangku kuliah. Pera melihat industri telepon bergerak di Jepang sudah sangat maju, bahkan bisa dibilang mengalahkan Amerika Serikat.
Lulus tahun 2002, Pera kemudian mendapatkan pekerjaan di Apple. Tugasnya adalah menguji router VJ\-Fi agar memenuhi standar Federal Communications Commission untuk emisi elektromangetik. Pekerjaannya sangat menjemukan, tapi Pera berjuang keras untuk mengesankan semua orang. Sayangnya, Pera tetap saja tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, la hanya mengantongi nilai 2 dari total 5 dalam penilaian kinerjanya. Gajinya pun tetap US$65 ribu per tahun.
Saat melakukan pekerjaannya, Pera menemukan cara yang mudah untuk memperbaiki router Apple. Selama ini, daya yang digunakan router Apple untuk memancarkan sinyal masih jauh di bawah batas FCC. Padahal dengan meningkatkan daya, router tersebut akan memiliki jangkauan lebih jauh.
Sayangnya, ide Pera tidak mendapatkan respons yang baik. Bahkan atasannya meminta Pera untuk tidak ngoyo. Tak kenal menyerah, Pera memutuskan untuk tetap mengembangkan modul Wi-Fi. la habiskan malam-malamnya setelah bekerja di Apple dan juga akhir pekan untuk menguji prototipe tersebut. Pada awal tahun 2005,
Tahukah Anda? Di tahun pertama sebagai pemilik Momphis Grizzlies. Robert Pera menjual Rudy Gay yang kala itu dianggap sebagai pemain terbaik Grizzlies keputusan yang kontroversional, namun justru Memphis Grizzlies berhasil meraih rekor kemenangan terbaik sepanjang delapan belas tahun.
“Saya melihat Ubiquiti sebagai kombinasi antara filosofi Apple dan demokrasi dari teknologi jaringan yang maju”
akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Apple. “Apple adalah perusahaan besar, tapi saya menyadari saya ingin memiliki kesuksesan lebih cepat,” kata Pera sebagaimana dilansir Forbes. Pera kemudian memulai perusahaannya sendiri yang diberi nama Ubiquiti. Produk utama Ubiquiti adalah perangkat jaringan dengan jangkauan yang luas dan harga terjangkau.
Ubiquiti harus memasuki pasar yang dikuasai pemain besar seperti Cisco dan Motorola. Namun keunggulan produknya ternyata membuahkan sukses. Pada musim panas 2005, Ubiquiti mendapatkan order pertamanya dan berhasil menjual empat ribu radio cards berkekuatan tinggi kepada sebuah penyedia jasa Internet nirkabel. Ubiquiti pun tumbuh besar menjadi sebuah perusahaan yang menyediakan teknologi sistem komunikasi berikut software yang fokus di negara berkembang. Produk Ubiquiti sangat beragam, salah satunya sistem penguat Wi-Fi yang dapat memberikan akses internet bagi lebih dari 10 ribu orang dalam radius 50 km.
Perjalanannya membesarkan Ubiquiti tidak selalu berjalan mulus. Pera harus menghadapi beragam masalah mulai dari ketatnya persaingan hingga pembajakan dari partner di Tiongkok, la harus menghabiskan bulan demi bulan untuk memenangkan hak atas kekayaan intelektualnya. Pertarungan di meja pengadilan harus dilakoninya ketika sejumlah partner berusaha menjual tiruan produk Ubiquiti kepada pesaing. Sahamnya bahkan sempat anjlok ketika sebuah forum di Tiongkok menyebut Pera menyewa mafia Hongkong untuk melawan kompetitor yang membajak produknya.
Tapi semua masalah itu tak pernah menyurutkan laju Ubiquiti. Produk hardware Ubiquiti kini dikirimkan ke lebih dari 180 negara di dunia. Dengan 150 karyawan tetap, Ubiquiti mengirim 10 juta peranti ke berbagai belahan dunia. Ubiquiti dinobatkan sebagai salah satu perusahaan yang paling cepat pertumbuhannya di Amerika Utara oleh “Deloitte’s 2012 Technology Fast 500”.
Pera juga membawa Ubiquiti menjadi perusahaan publik pada Oktober 2012. Hasil dari penjualan saham ke publik itu mengantarkannya menjadi seorang miliuner pada usia 34 tahun. Robert Pera masuk dalam daftar empat ratus orang terkaya di AS pada tahun 2014. Pada usia 36 tahun, ia sudah memiliki kekayaan hingga US$2 miliar.
Muda dan kaya. la pun memiliki cara yang unik untuk membelanjakan hartanya. Bersama teman-temannya, ia membeli klub NBA Memphis Grizzlies seharga US$377 juta.
“Beberapa orang ingin membeli yacht, tapi membeli klub basket ini ada dalam daftar pertama saya,” ujarnya.
Sejak kecil, Pera yang tumbuh di Reedwood City itu memang sangat menyukai basket. Infeksi jantung sempat memaksanya istirahat selama setahun. Kondisinya kini sudah normal. Di sela-sela kesibukannya membesarkan Ubiquiti, ia tetap rajin bermain basket. Pera memang pernah diabaikan oleh Apple. Namun ia tetap memujanya, la melihat model bisnis Apple sebagai sebuah “Organisme yang Sempurna”, la ingin membangun pula sesuatu yang sempurna. Ubiquiti merupakan kombinasi filosofi Apple dan demokrasi teknologi jaringan.
“Ubiquiti mencoba untuk memberdayakan basis pelanggan, tidak mengeksploitasinya demi keuntungan, yang merupakan status quo pada saat ini,” kata Pera.
Sumber : Info Komputer November 2014